Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 7


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 7
(Godzilla And T-Rex Again)

"mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue..."

Kurang lebih itu adalah jalan pikiran saya ketika membaca notifikasi yang mengerikan di layar HP saya.

Setelah 'mati gue...' yang mungkin untuk ke-1000 kalinya #lebayy akhirnya saya memutuskan untuk menelpon Risna.

"Tuut...Tuuutt...Tuuuuttt..."

Gak diangkat.

"Tuutt...Tuuttt..Pip..."

Nah kali ini di reject.

Beneran deh gawat kali ini. Ok... kalau udah begini mau tidak mau satu-satunya cara adalah hadapi dengan jantan dan mati terhormat.

Sayapun segera menuju ke mobil saya dan berpacu menuju kost-an Risna.

Sepanjang perjalanan otak saya memutar lagu theme song Godzilla tanpa henti. Yang jelas saja, hal itu membuat keringat dingin saya bercucuran deras sampai membasahi ketek.

Ketika saya sampai, theme song Godzilla yang berputar di kepala saya seakan bertambah kencang dan bergemuruh bagaikan mendengar orchestra secara langsung di panggung.

"Damn head... stop playing that f*ckin song!! that wasn't helping!!" ceracau saya mengutuk lagu Godzilla yang tidak henti-hentinya berputar di kepala.

Sialnya, ketika saya memutuskan kalau mungkin saja dengan membayangkan lagu Godzilla ini maka saya akan lebih tenang menghadapi sang Godzilla-nya sendiri, malahan lagu itu berhenti berputar di kepala saya.

Suasana dalam kepala saya benar-benar hening atau bahasa jawanya Blank.

Nahh, masalahnya kalo di film horror, saat-saat begini artinya setannya udah mau keluar...

"Glug!" saya menelan ludah.

Perlahan saya mendekati pintu kost-kost-an Risna dan mengetuknya.

"Ris... ini aku.." kataku

Tidak ada jawaban.

"RIs...?"

Masih tidak ada jawaban.

"Sorry Ris, tadi aku masih ketemu sama dosen mata kuliah utamanya jadi pas kamu telpon aku - ...." sebelum sempat saya menyelesaikan kata-kata saya. Pintu kost Risna terbuka.

Dan theme song dalam kepalaku berubah.

Jadi Godzilla Strikes Back vs Jurrasic Park. #nonsensemodeON

Enggak, lebih tepatnya daripada lagu, kepala saya penuh dengan berbagai pertanyaan Retorika yang tidak dapat terjawab. Kenapa hal itu terjadi? dan sebagainya.

Di hadapan saya, bukan Risna pacar saya yang membukakan pintu. Melainkan Ratna, dalam keadaan telanjang bulat membukakan pintu kost Risna.

Dibelakangnya, Risna yang sama-sama sedang telanjang bulat berusaha meraih bra-nya yang tergeletak di samping tempat tidur.

"Halo ganteng" kata Ratna.

"Kalian.. apa-apaan?" saya sedikit tergagap ketika mengatakan itu. Otak saya masih belum berpikir jernih.

"Masa gak bisa liat?" tanya Ratna, sambil mengibaskan tangannya seakan memintaku melihat tubuh bugilnya.

Yah... tubuh bugil Ratna memang bagaikan bintang JAV Miyabi, temanku memang tidak salah mengatakan itu. Payudaranya juga meskipun besar tapi sama sekali tidak kendur. Dan seperti biasanya, rambut bawahnya dicukur habis hingga plontos.

"Tadinya Risna aku suruh ajak kamu, tapi kamunya di telpon-telpon gak mau jawab, akhirnya kita aja duluan" jelas Ratna.

Saya menatap ke arah Risna yang kini sudah mengenakan kaos dan celana dalam, gadis itu memalingkan muka.

"Ayo, aku sama Risna baru 3x keluar nih, emang enakan ada cowoknya" kata Ratna sambil menarik tangan saya.

Tapi saya mengibaskan tangan gadis itu. "Sorry, aku gak ikutan, Ris, aku mau ngomong sama kamu ya. Aku tunggu. Ratna, kamu juga sekalian" kata saya sembari saya memutar tubuh Ratna dan mendorongnya masuk ke dalam kamar Risna. Lalu saya menutup pintu kost gadisku itu "Aku tunggu diluar, kalian pake baju yang bener" kata saya. "Oh, dan Risna, jangan pake kaos itu keluar, dada kamu keliatan kemana-mana" lanjutku mengomentari baju kaos Risna yang memang tipis menerawang.

Saya menunggu beberapa menit di meja ruang tengah yang memang disiapkan di kost itu untuk tempat berkumpul penghuninya. Beruntung siang-siang begini sama sekali tidak ada orang di kost ini. Soalnya kost ini biasanya dihuni oleh mahasiswa baru, yang akan terus tinggal sampai mereka lulus dan kemudian diisi oleh mahasiswa baru lagi setelah 4 tahun. Kecuali Risna, yang tidak pindah setelah lulus karena masih jadi Asdos di kampus. Sisanya adalah anak-anak semester I yang belum berani untuk membolos.

Untung saja, kalau tidak rasanya tidak enak juga ribut-ribut di sini.

Tak lama kemudian Risna dan Ratna keluar dari kost-kostan.

Risna tampak sangat kalut sedangkan Ratna sedang menepuk-nepuk pundak Risna sambil mengatakan "It's Ok, It's OK"

Mereka berdua melihat saya dan mengambil tempat duduk di seberang saya.

"Ris.." saya membuka pembicaraan. "Sorry... Sorry..." Risna menunduk sambil mengatakan hal itu kepada saya.

"Kenapa sorry?" saya bertanya, tentu saja dengan lembut. Ratna hanya memperhatikan kami berdua tanpa bersuara. Wajahnya sedikit menunjukkan kebingungan dan rasa bersalah.

Saya ganti berbicara dengan Ratna "Kalau udah liat begini kayaknya kamu udah dibilang Risna ya? kira-kira apa yang mau aku ngomongin?"

Ratna mengatupkan kedua telapak tangannya dan menunduk seperti sedang memohon "Sorry!! aku bener-bener gak nyangka kalau lo ama Risna udah ada omongan begitu!!" katanya sambil berpose memohon "Gue asli cuman pengen seneng-seneng doang" kata Ratna lagi.

Saya hanya diam menunggu Ratna selesai bicara.

"Gue yang salah kali ini, asli. Risna cuman gue panas-panasin aja ampe mau begini" jelas Ratna lagi.

Saya masih berbicara dengan pelan, bagi saya sendiri waktu itu entah kenapa saya begitu tenang. Bahkan tanpa emosi sedikitpun yang terasa "Tapi Risna telepon aku kan?" tanya saya pelan.

"Sorry.. aku...aku...aku lagi naik banget, jadi gak mikir jernih.. please..please maafin aku sayang" kata Risna dengan kata-kata yang cepat dan sambil sesenggukan "Sorry...Sorry...Sorry...." Risna hanya mengulang-ulang kata-kata itu dengan suara lemah.

Well... saya mana tega lagi kalau sudah begitu. Godzilla yang biasanya ganas jadi mewek begitu.

"Bentar..bentar..." potong saya. "Kamu minta maaf untuk apa Ris?"

Risna menatapku, wajahnya benar-benar kalut dan sangat takut.

"Kamu salah paham sih kayaknya" kata saya "Yang waktu itu aku bilang ke kamu apa soal kemarin itu?"

RIsna menjawab dengan pelan, seperti berbisik "Kamu gak mau threesome karena kamu gak mau ada orang ketiga yang ikut di saat private kita" bisiknya kemudian menunduk dalam-dalam.

"Terus, sekarang kan kamu gak ngelanggar apa-apa" kata saya.

"Hah?" Risna mengangkat wajahnya.

"Coba kamu pikir, gak ada yang dilanggar kan?"

"Tapi... aku... aku kan... sama Ratna..." Risna membiarkan ucapannya menggantung.

"Lesbian?" kataku menyelesaikan ucapannya.

Risna mengangguk pelan, sedangkan Ratna menyiratkan kebingungan pada wajahnya.

"Kan berarti kamu sama Ratna berdua aja... gak ada aku, jadi gak ada orang ketiga" kata saya.

Risna mengangkat wajahnya, sesaat wajahnya terlihat heran, lalu bingung, lalu campuran keduanya yaitu wajah kosong, atau bahasa jawanya Blank.

"Maksud kamu? kamu gak marah karena aku sama Ratna....?" bisik Risna.

"Aku bukan marah karena soal threesome kemarin" jelas saya.

"Bukan?" celetuk Ratna.

Saya mengangguk "Yap, saya marah bukan karena soal threesome itu, tapi tetap mau lesbian play juga menurut gue itu tetep selingkuh" saya menyimpulkan.

Wajah RIsna kembali menjadi sangat keruh. (Kalau mau dibilang kayak nahan sembelit dua minggu lah). Sedangkan Ratna.... well, baru kali ini saya melihat Ratna matanya melotot sebegitu besarnya karena kaget, seakan-akan bola matanya hampir keluar gitu.

Sunyi beberapa saat..

"Terus... kamu gak maafin aku?" tanya Risna.

"Aku belum tau, bingung juga sih" jawab saya.

"Jangan putusin aku Ayano, please...please...please!!" Risna berteriak-teriak memohon.

Sedangkan saya? entah bagaimana rasanya waktu itu kosong sekali. Tidak ada terpikir apa-apa atau rasa apa-apa pada diri saya melihat Risna demikian. (Iya bener, bahasa jawanya Blank),

Saya juga tidak begitu mengerti kenapa bisa begitu.

'Trrrrttt...Ttrrrrrrt...'

Handphone saya bergetar.

'Trrrrtttt...Trrrrttttt....'

Sedikit gusar karena diganggu saat bicara penting, saya mengambil handphone itu dari saku saya.

Panggilan telepon? dari nomor siapa ini? pikir saya ketika melihat barisan nomor HP yang tidak saya kenal di layar blackberry itu.

Biasanya sih saya menolak panggilan yang tidak saya kenal. Tapi saya merasa perlu mengangkat telepon ini.

"Ya, halo" kata saya seraya menerima panggilan itu.

"Ahhhhhh!!!!!"

"Hmm!?" saya menajamkan pendengaran saya. Benar, saya tidak salah dengar, memang ada suara teriakan wanita di telepon.

"Aahhkkkhhhh!!"

"PRANGG!!"

"KRAKKK!!"

"AHHHH!!!!"

Suara itu... Elisa?

The Hell!?

"HALO!? HALO!!?"

Saya berlari keluar kost Risna, benar-benar lupa total kalau saya sedang berbicara pada RIsna dan Ratna. Saya memfokuskan pada suara teriakan dan suara berisik dari sambungan telepon saya itu.

"HALO!!! ELISA!! HALOO!!!!"

Saya berteriak. Tapi tidak ada jawaban dari Elisa. Yang ada hanya teriakan dan suara barang yang pecah atau jatuh.

"ELISA!!!"

"Halo... Cin.. please tolong aku..AHHH!!!"

"BUGHH!!"

Suara apaan itu!!? Damn!! Gue harus apa nih!! pikir saya dalam hati waktu itu. Benar-benar kalut dan panik.

Dalam kepala saya terbayang yang tidak-tidak. Apa Elisa sedang kemasukan rampok atau sejenisnya? apa pacarnya melakukan kekerasan padanya? atau apakah ada pemerkosa yang masuk rumah kostnya? kalau tidak salah dia tinggal sendirian kan? bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya.

"ELISA!!! HALO!! INI SAYA, AYANO!!! ELISA!!!" teriak saya dengan panik sambil berlari ke mobil saya yang terparkir.

Saya menyalakan mobil saya.

Sial!! saya tidak tau dimana kost gadis ini.

"ELISA!! JAWAB SAYA!!" teriak saya lagi.

"Koko?? kenapa...? UGH!!" saya mendengar suara seperti suara BUGH kemudian Elisa mengeluarkan gumaman seperti menahan sakit.

"ELISA!! KOST KAMU DIMANA? SAYA KESANA SEKARANG!!" teriakku.

"Koko?" suara Elisa terdengar lemah.

"ELISA!! PLEASE!! DIMANA KOST KAMU? SAYA KESANA SEKARANG!!"

Elisa membisikkan daerah kostnya, dan petunjuk sekedarnya sebelum dia kembali berteriak kesakitan.

Saya merasa kalau saya benar-benar kesetanan saat membawa mobil waktu itu ke kost Elisa.

Beruntung alamat yang disebutkan oleh Elisa tidak begitu jauh. kalau tidak entah berapa banyak korban nyaris terserempet oleh gaya membawa mobil saya yang gila-gilaan.

"Woi!! BEGO!!"

"KAMPR*T!!!"

"TA*!!!"

"Bawa mobil kaga kira-kira!!!"

"TIIIINNNN!!!!"

"KAING-KAING!!!!"

"NGEOOOOOONNG!!!!"

"PETOOOOKKKKK!!!"

Bentar... suara terakhir itu apaan ya?

Ah, bodo amat deh... yang penting saya cepat sampai di kost Elisa, jadi saya malah memacu mobil saya lebih kencang lagi. Vin Diesel mah lewat itu, uda jamannya Vin DexLite sekarang.

Singkat cerita (emang ternyata cuman 7 menit doang sih, tapi berasanya aja lama) akhirnya saya sampai ke Kost Elisa yang sebenarnya lebih merupakan rumah kontrakan dibanding kost.

Tanpa pakek permisi semuanya, saya langsung masuk ke dalam kost yang tidak terkunci itu.

"Elisa!!" teriak saya seraya menghambur masuk.

Kondisi ruangan itu sangat mengerikan. Istilah 'Kapal Pecah' mungkin tidak cukup untuk menggambarkan suasana ini. Lebih tepatnya 'Kapal Ancur' mungkin.

Ruangan itu berantakan dimana-mana.

Dan... darah?? darah ato jus Tomat sih itu? banyak amat di mana-mana....

Di tengah-tengah kekacauan itu. Sesosok tubuh tergolek bersimbah darah.

ELISA!!!



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Silahkan Berkomentar Dengan Sopan :)