Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 10


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 10
(Aku dan Gadis Bermata Indigo! END)

Kami bertiga, Risna, Ratna dan saya sedang duduk di St*rbucks yang terletak tidak jauh dari Apartemen saya..

Risna masih menangis sesenggukan sementara Ratna hanya menatap ke bawah dan terlihat agak tidak nyaman.

Sedangkan saya? well... Smoked Beef Croissant ternyata enak juga.

Yahh, bukannya tidak berperasaan ya. Jujur, waktu itu saya juga bingung mau bagaimana menyelesaikan ini. Tapi kalau sayapun ikut stress maka yang terjadi malah masalah ini tidak akan selesai.

Jadi lebih baik kita mengisi perut kan?

"Ris, Rat, nanti aja ngomongnya, makan dulu itu" kata saya pada mereka berdua.

Mereka berdua menatap saya.

Risna menggeleng dan membiarkan saja makanan dan kopi yang sudah dipesannya berada di mejanya, sedangkan Ratna hanya meminum Frappe yang dipesannya.

"Hmm.." gumam saya ketika melihat hal itu.

Karena hari semakin siang sampai-sampai kucing di pojokan luar sudah kepanasan dan pindah dan karena Matahari sedang lucu-lucunya memberikan suhu yang sangat panas dan Bule yang duduk di seberang itu cantik juga...upss...

Ngelantur deh jadinya

Jadi sayapun segera memulai pembicaraan ini.

Tapi baru saja mulai kata-kata "Ris, aku mau nanya"

Ehh.. langsung dia nangis.

Padahal belum juga diapa-apain.....

Baru setelah 15 menit kemudian baru pembicaraan dapat dimulai...

Tapi intinya saya mengatakan kepada Risna mengenai masalah diantara kami dan meminta untuk mengakhiri hubungan antara kami berdua. (maaf bagi yang kepo, pembicaraan detail saya skip untuk kebaikan Risna dan supaya agan-agan sekalian nggak mencontoh cara memutuskan pacar yang baik dan benar)

Tapi alasan saya untuk meminta hubungan diakhiri cukup solid. Yaitu saya tidak ingin Risna jadi mencari hubungan semata untuk hubungan badan saja. Tidak nyaman bagi saya dan tidak baik untuk Risna sendiri.

Risna meminta untuk tidak putus dan hanya dalam sesi break saja untuk sementara. Tapi saya mengatakan kalau hal itu pada akhirnya akan sama saja, pada akhirnya keadaan kembali seperti ini lagi.

Saya tidak menyalahkan Ratna, kehadirannya hanya membuat saya yakin kalau Risna sudah terlalu terikat pada hubungan badan. Hubungan diantara saya dan Risna pada saat ini hampir tanpa komunikasi berarti kecuali pada saat kami berdua berhubungan badan. Dan itulah yang saya hindari.

Dan demikianlah hubungan antara aku dan Risna berakhir.

Dan saat itulah Risna dan Ratna jadi sering terlihat bersama seperti teman baik.

Beberapa hari kemudian, pada awal minggu. Tibalah hari ketika saya mengajar kembali kelas Elisa.

Yah, gadis itu kembali memasang topeng muka datarnya di kelas. Terlepas dari saya menjahili dia dengan memintanya menjawab jawaban di papan tulis yang hanya dijawab dengan "Maaf ko, saya tidak mengerti" yang membuat jahilku langsung gagal total.

Selesai kuliah, ketika kelas saya bubarkan. Saya mengejar Elisa yang seperti biasa, keluar lebih duluan.

"Hei Lis!!" panggil saya.

Boro-boro dia berbalik dan menjawab, gadis ini malah berjalan semakin cepat.

"Wha?"

Akhirnya saya mengejar dia.

Alhasil, kami berdua bagaikan atlit jalan cepat yang sedang berlomba jalan cepat menyusuri lorong kampus itu dengan cepat.

"Hei... tunggu..." panggil saya akhirnya dengan separuh terengah-engah.

Akhirnya dia berbalik dan menatap saya dengan tatapan galak.

Ew.. apa lagi salah saya emangnya? teriak saya dalam hati.

Elisa hanya menatap saya dengan galak tanpa bergeming.

"Lis?"

Saya memanggilnya dengan bulir-bulir keringat mengalir di pipi.

"Apa??" jawabnya galak.

"Saya salah apa lagi?" tanya saya.

Elisa mendesah sambil memijit kepalanya.

"Koko sadar gak sih?"

"Sadar apaan?"

"Koko itu beneran kagak sadar?"

"Makanya saya tanya sadar apaan?"

"Hadehhh"

Elisa kembali memijit kepalanya sambil mengerutkan alisnya, dan lagi-lagi memasang wajah teman baik ICA.

"Koko pernah dibilang orang enggak peka?" tanya Elisa.

"Sering banget itumah" jawab saya bangga.

"Malah bangga lagi" kata Elisa sembari menonjokku.

"Aduh, anti kekerasan!!" kata saya.

"Udah ah cape!" kata Elisa lagi sambil berbalik pergi.

"Ehh, tunggu Lis" panggil saya menahannya.

"Apa siiihhh?" kata Elisa, tapi pelototannya sudah berkurang.

"Kasitau dulu lah apa maksud kamu?" kata saya.

"Yang mana?"

"Yang kamu bilang saya enggak tau?"

Elisa menatap saya, kembali mendesah dan akhirnya mengatakan pada saya "Koko gak sadar soal koko putus sama ci Risna udah diomongin ama anak-anak tadi di kelas?"

"Hah?"

"Terus emangnya koko beneran enggak sadar Fenny ama genknya gosipin koko terus setiap kelas?"

"Gosip apaan?"

"Aduuhhh,.. jelas karena mereka suka koko lah..!" jelas Elisa.

"What?" teriak saya kaget.

Elisa menatap saya tajam. "Seriusan baru tau?"

"Emangnya keliatannya saya ini buaya gitu?" tanya saya.

"Emangnya enggak?"

"Enggak lah"

"Nggak percaya" kata Elisa sambil melengos pergi.

"Ehh, maen pergi lagi aja" kata saya menahannya pergi.

"Apa sih??"

"Kamu udah makan?"

"Belom"

"Yuk makan" kata saya.

Lagi-lagi tatapan galak dikeluarkan oleh Elisa.. ampun deh, apa gak bisa kasih muka innocent kayak tidur waktu itu?

"Innocent apaan? mana pernah?"

Eh?

Kayaknya pikiran barusan saya ngomongnya kenceng ya?

"Aku emang galak dari sananya" kata dia lagi dengan muka lebih sangar lagi.

"Udah ah bawel, ayo makan" ajak saya lagi.

"Ogah"

"Katanya belom makan?"

"Bukan itu"

"Terus?"

"Takut digosipin"

"Ya udah makannya jauhan aja, ikut saya"

"Enggak mau juga"

"Kenapa lagi?"

"Takut dimodusin"

Kadang saya bertanya-tanya, apa ICA bakal selalu ada diantara kami berdua ya? karena saya yakin kali ini wajah saya yang menunjukkan kalau saya teman baik sama ICA. "Siapa yang mau modusin kamu sih?"

Elisa menunjuk pada saya.

"Kagak, saya nggak tertarik punya cewek lagi. Kalo emang mau modus pasti saya bilang terus terang"

Elisa menatap saya dengan tatapan menyelidiki.

"Serius, kalo saya mau deketin cewek pasti saya ngomong terus terang, saya gak suka modus, tanya aja sama RIsna"

"Kalian kan udah putus"

Oh iye.... kata saya dalam hati.

"Ah.. ya pokoknya saya selalu terus terang. Tar kalo saya emang niat deketin kamu pasti saya ngomong dulu"

"Terus kalo gak niat deketin aku ngapain ngajak makan bareng?"

"Kamu belom makan kan?"

"Iya, terus?"

"Kalo liat dari gaya kamu kayaknya kamu bakal males makan di kampus kan?"

"Iya sih.."

"Terus mau makan di warung depan kost kamu?"

"Yah.. mungkin aja"

"Nggak enak kan?"

"Yang penting makan aja lah"

"Nah, daripada yang penting makan mendingan ayo makan bareng ajalah"

"Ntar digosipin"

"Biar, toh kita gak ada macem-macem"

"Koko mah enak, ntar aku yang di bully"

"Kalo ampe begitu saya yang belain"

Elisa menatap saya dan membuka mulutnya untuk menjawab kata-kata saya, tapi dia urungkan dan hanya mengangkat bahunya dan berkata "Terserah deh, percuma juga kayaknya berdebat"

Yah, jadi saya mengajaknya makan ke daerah P*cenongan.

Selama perjalanan kami hampir tidak mengatakan apapun.

Elisa sendiri kebanyakan hanya menatap saya dan membuang muka ketika saya menyadari kalau dia menatap saya dan menengok ke arahnya.

Baru ketika kami duduk dan makanan terhidang, baru saya akhirnya membuka pembicaraan.

"Lis? kamu masih diganggu ama.. yahh kamu-tau-lah?" saya bertanya.

" 'mereka' ?" tanya Elisa kembali.

"Mereka?"

"Iya, sebutan aku buat yang dari dunia lain"

"Ohhhh" kata saya "Iya, 'mereka' "

"Masih lah, memang gimana caranya tiba-tiba berhenti?"

"Kok gak panggil saya?"

"Hah? panggil koko?" kata Elisa bingung, kemudian dia tersadar "Oh, jadi itu serius?"

"Serius" jawab saya singkat.

"Kenapa koko mau repot-repot demi aku sih?" tanya dia.

Saya mengulangi yang waktu itu saya lakukan. Yaitu menunjuk diri saya sendiri "cowok" lalu menunjuk Elisa "cewek"

Elisa menjawab saya tidak sabar "Iya tau soal cowok dan cewek itu, tapi kan kita bahkan enggak deket"

"Masalahnya?"

"Yah, masa iya koko gak ada alasannya mau bantu aku?"

"Butuh alasan ya emang?"

"Ya iyalah.. kalo koko gak berharap sesuatu dari aku masa iya mau bantuin?"

Saya berpikir, sungguhan berpikir. Karena jujur, pertanyaan Elisa ada benarnya dan saya bingung karena hal itu tidak terpikirkan pada saya sebelumnya.

"Seriusan? Koko beneran gak mikir sampe kesitu?" tanya Elisa ketika saya masih berpikir apa sih alasan saya.. dan tidak kunjung menemukannya (serius, saya orangnya one-track-mind. Jadi kalo udah merasa seharusnya begitu, ya saya lakukan lah. Kadang malah gak pake logika).

Dan dia tertawa. keras sekali sampai beberapa pengunjung restoran itu melihat kami.

"Huss..Huss.." saya menenangkan dia supaya menurunkan volume tertawanya.

"Kamu ya, biasanya ketus dan galak tapi begitu ketawa kenceng banget" kata saya pada Elisa setelah dia berhasil mengatur tawanya.

"Emang aku biasanya gak pernah ketawa kok" jawabnya sambil masih menyengir "Tau deh, koko beneran orang aneh"

"Aneh?" #itu_benar

Yap, emang saya agak aneh sepertinya. Bahkan sampai sekarangpun Elisa sering mengatakan kalau jalan pikiran saya itu aneh dan gak seperti orang-orang lain.

Gak apa-apa lah, anti-mainstream.

"Jadi, beneran karena mau nolongin aku?" tanya Elisa sekali lagi.

Saya mengangguk "Saya justru malah nggak bisa kalo udah tau kamu lagi kesulitan malah nggak nolongin"

"Tapi ini soal hantu lho, kadang malah ketemu yang aneh-aneh" kata Elisa yang membuat saya begidik membayangkannya "Yakin tuh koko bisa nolongin?"

Saya menggeleng "Enggak, kali aja saya nggak bisa nolongin" kata saya.

"Loh?"

"Saya bukan dukun Lis, tapi seenggaknya saya bisa jadi bemper kalo kamu sampai kayak kemarin lagi" kata saya sembari kembali begidik membayangkan suasana kamar yang berantakan dan sosok Elisa yang bersimbah darah.

"Jadi koko pengen digebukin setan? koko ini massochist ato apa sih?"

"Bukan pengen digebukin setan.. kamu ini bener-bener, maksudnya setidaknya kalau koko yang digituin nggak separah kamu"

"Yakin banget" kata Elisa, terlihat tidak yakin.

"Ehh, jelek-jelek gini seenggaknya saya ikut karate, udah biasa bonyok" kata saya.

"Ahahahahahaha!!" Elisa kembali tertawa meskipun tidak sekencang tadi. "Ok-Ok" katanya setelah berhasil berhenti tertawa "Meskipun aku nggak yakin koko bisa nolongin, tapi thanks yah"

"Saya gak perlu terimakasih Lis"

Elisa memandang saya dengan bingung. Kemudian berganti curiga.

"Ihh.. mau minta bayaran apaan?" tanyanya

Lagi-lagi, saya merasa dekat dengan ICA.

"Bercanda koko" kata Elisa lagi. "Lalu koko maunya apa?"

"Serius ya ini" kata saya.

"Iyaa"

"Kalau kamu kira-kira diganggu ataupun mau diganggu oleh 'mereka' "

Elisa mengangguk dan menunggu saya menyelesaikan kata-kata saya sambil meminum jus jeruknya.

"Panggil saya?"

'PRUTT!!'

Elisa menyemburkan jus jeruknya yang sedang diminumnya.

"Hahhhh??" teriak Elisa.

"Serius nihh" kata saya lagi.

Untuk kesekian kalinya (pembaca udah bosen juga kali) Elisa memandang saya dengan menyelidiki.

Tapi akhirnya dia mengatakan "Okelah"

Pada saat itu, saya senang dan lega mendengarnya bagaikan sembelit yang seminggu belum keluar akhirnya keluar juga. Tau deh kenapa.

Tapi mulai dari saat itu, Elisa benar-benar melibatkan saya pada petualangan yang mengakibatkan saya bertemu dengan 'mereka'

- TAMAT -



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 9


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 9
(Kecil, Cantik Tapi Galak. Apaan coba itu?)

Beneran saya pegel banget pas bangun pagi-pagi karena saya ketiduran di samping tempat tidur Elisa dengan posisi duduk miring.

Tapi setidaknya wajah yang berada di depan saya membuat saya berpikir. 'Worth it lah'.

Siapa yang menyangka gadis galak dan suka main tonjok ternyata secantik ini kalau sedang tidur?

Saya berpikir. Elisa, gadis yang sedang tidur di depanku sambil masih menggenggam lengan kaos saya ini memang super misterius dan super aneh deh.

Gimana enggak? sepertinya selalu ada sifat berlawanan yang selalu saya temukan dari gadis ini.

Kalau diibaratkan gadis ini memakai beberapa lapis topeng. Topeng cool dan kalem seperti yang dia tunjukkan di Kampus, Topeng galak dan sassy ketika dia bangun, Topeng manja dan sedikit labil ketika dia menangis di lengan saya, Topeng polos dan malah terkesan innocent ketika dia tidur.

Entah yang mana sih sebenarnya sifat kamu ini? pikir saya waktu itu.

Saya merengganggkan punggung saya semaksimal mungkin tanpa mengganggu tidur Elisa dan menatap sekeliling kamar Elisa yang terlihat kosong untuk ukuran cewek.

Mata saya berhenti pada jam dinding polos hadiah dari bank yang tergantung.

"Wha....? Jam 8??" teriak saya dalam hati.

Gile... saya tidur kayak kebo juga ya...

"Elisa..." bisik saya mencoba membangunkan dia.

Elisa masih tertidur lelap.

Saya menatap dia sejenak, menatap wajah polos dan Innocent dan membandingkannya dengan wajah cueknya di kampus yang saya ingat. Benar-benar tidak cocok. Pikir saya

Saya mengulurkan tangan saya yang bebas untuk menyingkirkan rambut yang menghalangi hidungnya.

Jari saya baru menyentuh pipinya ketika mata Elisa yang entah kapan membuka menatap saya dengan galak.

Nah.. ini nih muka juteknya.... Pikir saya.

Tangan Elisa memegang pergelangan tangan saya yang sedang mengusap pipinya.

"Ketauan kan, pegang-pegang!!" tuduh Elisa.

"Haaaa??" saya melongo.

"Ngaku, selama aku tidur udah pegang-pegang apa aja?" katanya sambil membereskan letak selimutnya dengan lengannya yang lain.

Saya tidak menjawab.

Tapi saya mencubit pipinya yang tembem dengan gemas.

"Awww....awww...aww!!" teriaknya ketika saya mencubit pipinya itu.

Saya melepasnya dan berkata "Enak aja tuduh-tuduh saya cari kesempatan terus, saya bukan cowok begitu" kata saya sambil beranjak berdiri dan beranjak keluar

"Aduuhh sakit tau!!" keluhnya.

"Sana bangun, tuker baju atau mandi, asem tau" kata saya.

Saya mengambil kemeja saya yang tergeletak dan bersimbah darah. "Saya pulang ya? kamu udah gak apa-apa kan?" kata saya.

"Eh, ko!! Sebentar!!" teriak Elisa dari dalam kamar.

"Hah? kenapa?" tanya saya dengan khawatir. Saya buru-buru kembali ke kamarnya dan hendak membuka pintunya.

"Ehhh!! JANGAN BUKA PINTUNYA!!!" Teriaknya.

Saya membeku dengan posisi tangan saya sudah membuka sedikiiiit sekali pintunya.

Elisa mendorong pintu yang baru terbuka sedikit itu dengan kencang hingga menutup dengan suara berdebam.

"Aku lagi nggak pake beha!!!" teriak dia dari dalem.

"Kagak usah disebutin!!!" teriak saya dari luar.

Ampun deh... entah jujur entah mau menguji iman saya.

Saya berusaha keras untuk menghilangkan ingatan mengenai bra biru yang kemarin dari ingatan saya.

"Jadi ada apaan sih?" kata saya akhirnya.

'Krek' pintu kamar Elisa terbuka. Kali ini dia sudah mengenakan kaos yang lebar dan mengikat rambutnya ke atas "Koko disitu aja jangan deket-deket, aku lagi nggak pake daleman soalnya, mau mandi!"

Reaksi saya?

Mikir jorok? salah.

Langsung terkam Elisa? lebih salah lagi.

Berusaha lihat tembus pandang? Ealah, lo kate gue supermen?

Kagak, reaksi saya adalah reaksi paling alami. Yaitu melongo.

Elisa menutupi badannya dengan handuk lebar. "Ihhh, tuh kan liat-liat"

"Arggghhh!!!" saya berteriak frustasi.

Elisa melihat saya dengan bingung sambil mundur. Dia hanya menanyakan satu kata "Kumat?"

"RRRR!!! kamu ini sebenernya mancing saya ato gimana sih?" kata saya frustasi.

"Mancing apaan?" tanyanya.

"Arrr!!! udah ah, kamu buruan mandi, kalo kamu godain terus jangan salahin saya beneran saya sosor nanti!!" kata saya frustasi.

Tadinya saya berharap kalau Elisa akan meledek saya atau mengatakan kalau dia sedang menjebak saya, atau misalkan hoki saya setahun lagi dipakai untuk sekarang, dia akan mengatakan kalau memang dia memancing saya.

Tapi enggak.

Elisa malah terdiam dan terlihat bingung.

Belakangan saya baru tau sih, ternyata waktu itu dia beneran gak ada maksud apa-apa. Ini anak beneran polos sepolos-polosnya. Gak tau badjingannya laki-laki tuh kayak apa. Pantes aja mantannya yang pertama itu ngerasa bisa dapetin badannya ni anak. Polos banget sih. Thanks for Mbak 'Dress Putih' deh jadi gak kejadian. (yang mau tau siapa 'dress putih' itu wajib baca ini. Iklan dikit, wkwkwkwk)

"Ehh... aku cuma mau say thanks kok" kata gadis itu.

"Ohh.. terus?" tanya saya dengan masih sedikit frustasi.

"Ya itu aja... kok koko malah marah sih?" tanyanya.

"Saya enggak marah, frustasi aja" jawab saya.

Elisa melihat saya dengan bingung tapi dia mengangguk. Saya rasa sih dia tidak mengerti deh kalau dilihat dari wajahnya waktu itu.

"Ya udah saya pulang dulu." kata saya lagi.

"Iya ko" jawab Elisa.

"Untuk sarapan panasin aja sop cream kemaren, rotinya juga masih ada di kulkas kok" kata saya lagi sambil mengenakan sepatu.

"Oh, terus" saya melanjutkan sebelum saya keluar pintu "Kalau ada masalah langsung hubungi saya" kata saya.

"Masalah apa?" tanya Elisa.

Saya berpikir sejenak "Semua masalah sih boleh benernya, tapi terutama masalah-itu-lho" kata saya.

"Masalah-itu-lho, itu apa?"

"Masa nggak ngerti soal masalah-itu-lho sih?"

Elisa berpikir sejenak, kemudian mulutnya membentuk huruf o.

Buset ni anak emang lemot atau nyawanya belum kekumpul karena baru bangun? Jujur, itu adalah yang saya pikirkan waktu itu (*Bugh* #ditonjokElisa)

"masalah HANTU maksudnya?" tanya Elisa.

Saya mengangguk.

"Lho.. katanya koko anti sama 'mereka' ?"

"Emang sih... saya emang takut sama 'mereka' " kata saya jujur.

"Jadi? maksudnya koko mau jadi temen curhat gitu? kalau aku diganggu 'mereka' ?"

"Enggak, jadi bemper juga boleh"

"Hah?"

"Maksudnya, nemenin kamu ngadepin 'mereka' juga boleh" kata saya.

Kali ini wajah Elisa keliatan bingung, berpikir, kemudian dengan ragu berkata "Koko emang yakin berani?"

"Enggak" kata saya singkat dan yakin.

Elisa terlihat mengeluarkan wajah seakan-akan mengenal si ICA.

ICA siapa? masa agan gak kenal sih.

ICAPEDEEHH

"Terus gimana mau nemenin aku ngadepin 'mereka' " kata Elisa dengan masih memasang ekspresi wajah seakan dia teman dekat si ICA.

"Enggak tau sih.. tapi"

"Tapi apa?"

Saya menunjuk diri saya sendiri "Cowok" kata saya.

Saya menunjuk Elisa "Cewek" kata saya.

(Iya, emang saya minjem gayanya Elisa kemaren pas lagi Godzilla vs T-Rex vs Ultraman)

"Udah jelas saya gak mau kamu ngadepin kalo sampe kayak kemaren sendirian" kata saya.

Elisa terdiam sejenak.

Ehh.. dia malah senyum jahil.

"Koko modus ya??? awas ntar aku aduin ci Risna lho" katanya.

Gubrak beneran ini anak. Eh, btw saya baru inger soal si Risna. Urusan kemaren kan belom kelar..... pikir saya.

Nanti deh saya kelarin.. pikir saya lagi.

Tapi sekarang harus jawab ini gadis unik ini dulu. "Kalo saya modus ya, saya bakalan deketin kamu tapi gak mau deket-deket ama kamu-tau-lahh" kata saya.

"Jadi tujuan koko?" tanya Elisa.

"Nothing" kata saya "Beneran cuman ngerasa kayaknya karena saya udah tau, saya gak bisa pura-pura cuek, itu doang"

"Beneran bukan modus?" tanyanya lagi.

Kali ini saya yang menjadi teman dekat ICA.

"Udah ah, kamu nilai sendiri. saya pulang dulu" kata saya sambil permisi keluar.

Saya langsung pulang ke apartemen saya. Sesampainya di apartement pandangan orang menuju ke saya karena menenteng kemeja penuh dengan darah.

"Ada anjing kegiling mobil tadi" kata saya kepada beberapa kenalan penghuni Apartemen yang bertanya.

Mereka separuh percaya. Iya sih, saya juga pasti begitu. Soalnya darah di kemeja saya banyak banget, anjing segede apa emang yang ketabrak. Saya pasti berpikir seperti itu juga.

Akhirnya saya mencapai kamar saya.

Dan di depan kamar saya, Risna dan Miyabi....

Eh salah, Ratna maksudnya.

Sudah menunggu saya.

Mata Risna sembab dan merah. Dia pasti habis menangis.

Sedangkan si Miyabi... ehh.. salah lagi, Ratna maksudnya, kelihatan sedang bingung.

Keduanya melihat saya ketika saya memasuki lorong itu.

Risna menatap saya dan hendak mengatakan sesuatu, tapi kemudian matanya menatap ke arah kemeja berdarah yang saya pegang.

Wajahnya langsung berubah khawatir dan mendekati saya dengan buru-buru.

"Kamu kenapa? kecelakaan? luka dimana?" cerocosnya sambil memeriksa keadaan saya.

"Enggak ni bukan luka aku" kata saya "Kalo luka darah segini banyak mah uda pasti keliatan kali" kata saya lagi.

Dalam hati saya menambahkan 'kecuali wolverine'

"Jadi?" tuntut Risna.

"Ada... sapi ketabrak mobil"

"Hah?"

Ups.. kayaknya jangan pake sapi deh. Blom waktunya sembelih kurban soalnya.

"Ada guguk ketabrak mobil" koreksi saya.

"Mobil kamu?" tanya Risna lagi.

"Bukan, tronton" kata saya.

Risna mengangguk-angguk "terus kamu gak apa-apa?" katanya lagi.

"Gak apa-apa kok"

"Oh.. ya udah.. kamu baru pulang darimana?" tanyanya.

Nah lohhh... gue musti jawab apa nih?

Tapi dipikir-pikir mendingan jujur jawabnya. "Aku mau ceritain, sekalian mau ngomongin soal kita kan?" kata saya.

Muka Risna menjadi pucat "Eh.. enggak, hari ini kamu istirahat dulu aja pasti capek. Nanti aja kita ngomong" kata Risna.

Saya menggeleng "Nggak, kita ngomong sekarang aja. Aku tuker baju sebentar kamu tunggu bentar." saya menatap Risna dan Ratna bergantian.

Kemudian masuk ke kamar untuk berganti baju.

Sebelum aku keluar aku mendengar suara isak tangis.

Risna sedang menangis dan Ratna sedang memeluknya untuk menghiburnya.

Well... saatnya menyelesaikan ini kan?



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 8


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 8
(Apa kamu ini Wolverine?)

Reaksi saya ketika melihat ada cewek bersimbah darah tergeletak di depan saya adalah sebagai berikut :

Reaksi ke-1 : Panik
Reaksi ke-2 : Mikir 100 alasan kenapa bisa begitu dalam 2 menit.
Reaksi ke-3 : Akhirnya gerak deketin tubuh berdarah-darah itu.

Saya mendekati tubuh Elisa, masih bernafas.

Saking paniknya saya karena melihat tubuh yang berdarah-darah seperti itu. Saya menggendongnya dan meletakkannya pada sofa yang berada di dekat sana.

Ketika menggendong Elisa saya menyadari sesuatu... dia ringan sekali. (beneran Lis, waktu itu emang mikir gitu kok)

Setelah meletakkannya pada sofa, saya mengambil HP dan bermaksud akan mencari nomor telpon Ambulan terdekat. Dan seperti biasa, saat-saat darurat seperti ini Internet pada HP menolak untuk bekerja sama.

"Asem nih Internet!!" umpatku.

"Cindy?" bisik suara lemah dari belakangku.

"Elisa? kamu udah sadar?" kataku "Jangan bangun dulu, luka kamu parah banget" lanjutku seraya menahan tubuhnya dan membaringkan kembali gadis itu di sofa.

"Lho? koko?" Elisa melihat saya dengan wajah bingung.

"Kamu lupa? yang telpon saya pas tadi kamu..." saya melihat seluruh ruangan yang berantakan itu "Err.. pas kamu butuh bantuan?"

Elisa mengerutkan keningnya sambil berpikir. Sesaat kemudian dia baru ingat "Oh!! Iya.. aku maksudnya mau telpon Cindy, tapi malah kepencet nomor koko"

"Kamu sudah save nomor saya?" saya bertanya.

"Eits.. jangan salah paham!! aduh!!" teriak Elisa kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Eh.. pelan-pelan.. bentar ya saya panggilin ambulans dulu" kata saya sambil menahan badan gadis itu.

"Hah? ambulans? gak usah ko" kata gadis itu cepat kemudian meringis lagi kesakitan.

"Gak usah gimana? kepala kamu ngucur gitu darahnya" balas saya.

"Enggak apa-apa.. bentar lagi juga sembuh" katanya "Lho.. ini kemeja koko ya?" tanya Elisa setelah menyadari kemeja yang kugunakan untuk menekan luka di kepalanya.

"Iya, udah diteken dulu lukanya biar gak keluar lebih banyak darah" kata saya sambil menekan lembut kemeja saya pada kepala Elisa.

Tapi gadis itu malah menarik tangan saya dan kain yang menekan kepalanya."Nggak apa ko, udah nutup kok" katanya.

"Hah?" saya hendak memprotes tapi Elisa menunjukkan tempat luka bocor pada kepalanya tadi.

Luka itu sudah menutup.

"Lho? hah? What?"

Gadis itu mengangkat tangannya dan menunjukkan luka-luka lecet di tangannya.

Luka-luka itu perlahan menghilang. Sekali lagi, menghilang, bukan sembuh, tapi menghilang, bagaikan terhapus.

"What?"

"Apaan sih ko, what-what?" Koko camen ya?" kata gadis itu sambil tersenyum jahil.

"Hah? eh enak aja dibilang camen" protesku, tapi jujur saja saya masih tercengang melihat kesembuhan luka Elisa yang barusan saya saksikan.

"Kamu ini Wolverine atau apa sih?" saya bertanya tanpa sadar.

"Apaan tuh?" tanya Elisa, bingung.

Saya menjelaskan padanya kalau Wolverine itu adalah karakter komik yang bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan cepat.

"Ahahahahahahahahahahahahahahaha!! Aduh-aduh!" Elisa tertawa keras sekali kemudian mengaduh kesakitan dan memegang bagian luka yang belum sembuh sempurna.

"Eii, malah ketawa" protes saya "Beneran saya nanyanya, kamu bisa sembuh dengan cepat gitu?"

Elisa masih berusaha menahan tawanya sebelum akhirnya dia menceritakan kepada saya mengenai kemampuannya. Dan juga menceritakan perihal mahluk yang menyerangnya itu.

Yang pengen tau kemampuan Elisa bisa baca di sini, sedangkan yang mau tau soal mahluk yang menyerang dia bisa baca di sini (pertama kali bertemu) atau di sini and di sini

Setelah mendengar cerita dari Elisa. Saya hanya berdiam diri.

Bukan, bukan supaya kelihatan cool kok. Saya ketakutan banget sampe speechless. Beneran tidak menyangka kalau saya akan mendapat kehormatan untuk bertemu dan berkenalan dengan orang yang bisa melihat 'dunia lain' sedangkan saya sendiri paling anti dengan yang namanya horror.

Dan sialnya sepertinya Elisa menyadari hal itu.

"Koko takut ya?" tanyanya dengan senyum tersamar.

"Ya" jawab saya jujur.

"ppffttt!! hahahahaha" dia tertawa lagi.

"He-he-heiii!!!" damn... suara saya gemetaran

"Ahahahahahahahahaha!!!" Suara tawa Elisa makin keras.

Saya merengut.

"Sorry-sorry, beneran sorry..gak nyangka aja koko Asdos yang menurut anak-anak keren sampe digosipin ternyata takut hantu" katanya sambil menatapku, kemudian tawanya berderai lagi.

Sialan.. batinku.

Bukan sialan ke gadis yang sedang menertawakan saya, bukan, sialan pada diri saya yang memang takut sama hantu.

Akhirnya tawa Elisa berhenti. Buset cewek ini, kayaknya ngebayar utang kagak ketawa berapa tahun kali ya? puas bener ketawanya soalnya...

Ampe keluar mata lagi ketawanya.

"Sorry, kali ini beneran" katanya lagi "Pantesan koko kemarin ditiup lehernya langsung pucet.." gumamnya.

"Hah? tiup leher?" tanya saya "OH!!" saya teringat pada pertama kalinya saya berbicara dengan Elisa, waktu itu saya merasa ada yang meniup leher saya.

"Jadi... maksud kamu yang waktu itu saya terasa dingin di leher?" tanya saya hati-hati.

"Iya.. itu 'mereka', maksudku 'hantu' "

Sontak seluruh tulang saya kayak karet... lemes banget seluruh tubuh saya seakan tubuh saya ini udah gak ada tulangnya sampe bisa joget-joget kayak air dancer (itu lho, boneka yang isinya udara bisa joget-joget)

"Sorry ko" kata Elisa lagi, saya menatap wajahnya. Dia mencoba terlihat serius tapi saya masih melihat kalau dia masih berusaha menahan tawa. "Soalnya waktu itu koko nyebelin sih" katanya.

"Haish..." kata saya akhirnya "Kamu beneran udah gak apa-apa?" tanya saya.

Elisa melihat badannya, sepertinya memang luka-lukanya sudah menghilang semua "Iya, kayaknya udah gak apa-apa" katanya sambil mencoba berdiri.

Namun gadis itu goyah ketika berdiri dan terjatuh. Saya menangkapnya.

"Hati-hati!!" kata saya.

Dan tidak sengaja memeluknya.

"Dihh, koko modus nih" kata gadis itu dari balik pelukan saya.

"Enak aja modus-modus, kamu beneran gak apa-apa?" tanya saya.

"Kalo gitu koko kesempatan nih" katanya sambil melepaskan diri dari pelukan saya.

"Sembarangan kamu ini deh, saya gak sempet mikirin modus-modusan sekarang, kamu beneran gak apa-apa?" tanya saya.

"Gak apa-apa sih. kehilangan banyak darah aja kayaknya" katanya ringan.

"Nggak apa-apa gimana" protes saya. "Uda sini ah, gak usah jual mahal" kata saya sambil menawarkan untuk membantunya berdiri.

"Awas ya coba-coba ambil kesempatan" ancam gadis itu.

"Heeeeehhhhh" saya sengaja menghembuskan nafas berat sekencang mungkin.

Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk saya bantu berdiri.

Saya memapahnya berdiri. "Tuhh kan, badannya ditempel-tempelin ke dada aku" (Iya Lis, bener kamu ngomong gitu dulu, ntar deh kamu pasti inget).

"Hahh??" kata saya "Enggak kok!!" protes saya kemudian.

"Sengaja!!"

"Enggak!!"

"Sengaja!!"

"Enggak!!"

"Sengaja!!"

"Suwer enggak, aku terasanya tulang rusuk doang!!"

'BUGGHH' Elisa menyikutku ('BLETAKKK' Elisa yang saat ini menjitakku)

"Enak aja tulang rusuk doang!!" protesnya.

Saya hanya diam. Ya gimana kagak diem, tulang rusuk bok.. disikut sekuat tenaga pula.

"Ngaku aja, terasa kan?!" katanya lagi.

Saat inilah saya merasa jadi cowok itu salah, coba deh, kalo begini mau jawabnya kayak apaan? tell me please? (jangan ketawa Lis)

"Iya..iya..iya..." jawab saya akhirnya.

"Tuuh kan emang sengaja!!"

"Enggak..." protes saya, kali ini hanya berbisik soalnya kayaknya rusuk saya retak deh waktu itu.

"Dihhh, batu!!"

"Iya deh kena... kali..."

"Ih mana ada kena pake kali-kalian"

Oh God why....

"Terserah deh" kata saya akhirnya sambil menurunkan Elisa pada tempat tidurnya.

"DIem disitu" perintah saya.

"Koko mau ngapain?" tanyanya.

"Diem, saya buatin makanan" jawab saya.

"Hah? makanan?" ujarnya bingung.

"Iya, kamu udah ilang banyak darah kan.."

"Mau beli darimana emang?"

Saya menatapnya kemudian tersenyum jahil "Saya masakin, berdoa aja ya" jawab saya.

"Hahhh!!!???" teriak Elisa kaget.

Saya meninggakannya untuk memasak sambil tertawa.

Sebenarnya sih saya bisa masak. Karena itu termasuk hobby saya. Cuma gadis itu tidak perlu tau, biarkan saat ini dia mengharapkan masakan yang acak-adul, yang lebih lucu kalau dia bentulan berdoa.

Dan.. kebiasaan anak kost deh ini, di lemari es Elisa hanya ada beberapa jus, susu dan roti tawar yang entah sudah berapa hari, keju KR*FT dan beberapa butir telur.

Di lemari makanannya hanya ada beberapa bungkus Indomie dan beras.

Ampun deh, kirain mah cowok doang yang makannya begini. Ternyata cewek juga yah....

Dengan berbekal bahan yang ada saya membuatkan nasi goreng keju untuknya. Yah sederhana sih, daripada gak ada apa-apa.

Saya membuka kamar Elisa untuk mengantarkan makanan itu "Makanan siap..Ups!!"

"AHHH!!"

Err.........

Err......

Gimana ya enaknya ceritainnya.....

Well.... Elisa sedang berusaha mengaitkan bra-nya ketika saya masuk. Jadi dengan buru-buru saya menutup kembali pintunya.

Tak lama kemudian dia keluar, sudah berganti baju dengan baju yang bersih. Tapi mukanya gak bersih, alias muka siap ngamuk "Ketok dulu kenapa sih!!!" omelnya.

"Sorry.. kirain kamu masih tiduran" jawab saya.

"Gak enak, lengket" katanya.

"Ohh..." gumam saya.

"Liat sampe mana tadi?" tuntutnya.

"Enggak liat kok"

"Boong banget, keliatan sampe mana aja?"

"Punggung doang"

"Trus Bra aku warna apa?"

"Biru.....ehhhh!!!?"

'WUSSH' tonjokan Elisa hanya berjarak beberapa senti dari wajahku yang mulus ini ketika dia menghentikan tonjokannya.

Sebentar, sebelom lanjut, mungkin pembaca perlu tau kenapa Elisa ini garang banget maen tonjok dan sikut saja? Karena dia maen Taekwondo, itu pertama. yang kedua (ini kata orangnya sendiri) karena kayaknya saya kalau ditonjok gak bakal kenapa-kenapa.

Oke lanjut.

Penyebab tonjokan dari Elisa berhenti bukan karena dia kasihan liat muka saya yang udah pas-pasan yang kalau dipermak lagi pake tonjokan bisa bikin tambah jelek jadinya.

Bukan.

Dia berhenti karena liat nasi goreng di tangan saya.

"Itu serius koko yang bikin?" tanyanya sambil melihat ke arah nasi goreng itu.

"Iya, mayat anak ayam yang jadi telor disini masih ada di dapur tuh sisanya, pancinya juga masih ada kalo kamu mau jilatin" kata saya ngasal.

Yah, enggak digubris tuh. Cewek ini hanya mengambil nasi goreng itu kemudian masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Yaelah....

Yah mau gimana lagi, sembari menunggu dia makan, saya memutuskan untuk membereskan kekacauan di rumah ini.

Jadi, dengan jiwa ibu rumah tangga yang tiba-tiba merasuk ke diri saya, saya mulai mengambil kain pel (yang masih baru banget ketauan gak pernah dipake) dan ember.

Selagi saya mengepel darah yang tercecer di ruangan itu sembari membereskan sebisanya. Elisa keluar dari ruangan.

Dia melihat saya yang sedang mengepel dan membereskan ruangan dan tersenyum. Kemudian dia mengulurkan piring nasi goreng kosongnya "Ko.. masih ada lagi gak ini?" tanyanya.

Dan, seperti ibu-ibu yang senang anaknya makan lahap, bukannya saya kesal karena dia meminta seakan-akan saya ini pembantu, tapi malahan saya senang karena dia mau minta tambah. #Mak-MakmodeON

"Bentar saya bikinin lagi" kata saya sambil mengambil piring kosong itu dari tangan Elisa.

Jadi hari itu saya menemani Elisa dengan menjadi baby sitternya #ini serius.

Saya membersihkan rumah kontrakan yang berantakan itu, mengisi kulkas Elisa sampai penuh dengan bahan makanan, dan memasakkan makan malam untuk gadis itu.

Elisa hanya bingung memperhatikan saya yang menguruskan seperti emaknya sendiri.

Dia cuma mengatakan "Thanks" dengan pelan sebelum tertidur pulas.

Sekitar jam 8:30 malam, saya memutuskan demi kebaikan bersama sudah saatnya saya pulang. Tidak baik rasanya tinggal lebih lama di kost Elisa ini.

Saya hendak berpamitan pada gadis itu.

Saya mengetuk pintu gadis itu hendak pamitan. Tapi tidak ada jawaban.

"Elisa" panggil saya dari balik pintu.

"Koko pulang ya?" kata saya berpamitan.

"Uhhh!! Uhhh!!! AHHK!!"

suara Elisa! pikir saya.

Tanpa memikirkan apa-apa lagi, saya menghambur masuk ke kamar Elisa.

Elisa sedang tidur, tapi wajahnya pucat dan dia mengeluh dalam tidurnya dengan gelisah. Butir-butir keringat mengalir dari wajahnya.

Mimpi buruk!! pikir saya.

"Elisa!!" saya memanggil dia, tapi sepertinya dia tidak mendengar saya karena masih tertidur.

"Hei, Elisa!!" saya mencoba lagi dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya untuk membangunkannya.

Berhasil, dia membuka matanya sedikit.

Dia menatap saya, dan duduk dengan cepat. Wajahnya penuh dengan keringat.

"Kamu mimpi buruk?" tanya saya.

Dia tidak menjawab, tapi butiran air mata turun dari pipinya.

Saya panik.

Saya selalu panik kalau sudah berurusan dengan air mata cewek.

Elisa menarik bahu saya dan menangis sejadi-jadinya.

Sampai akhirnya gadis itu tertidur dengan menggenggam lengan kaos saya.

Genggamannya sangat kuat, dan tidurnya sangat nyenyak. Jadi saya menyerah dan duduk di tempat tidurnya malam itu.

Paginya saya encok



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 7


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 7
(Godzilla And T-Rex Again)

"mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue...mati gue..."

Kurang lebih itu adalah jalan pikiran saya ketika membaca notifikasi yang mengerikan di layar HP saya.

Setelah 'mati gue...' yang mungkin untuk ke-1000 kalinya #lebayy akhirnya saya memutuskan untuk menelpon Risna.

"Tuut...Tuuutt...Tuuuuttt..."

Gak diangkat.

"Tuutt...Tuuttt..Pip..."

Nah kali ini di reject.

Beneran deh gawat kali ini. Ok... kalau udah begini mau tidak mau satu-satunya cara adalah hadapi dengan jantan dan mati terhormat.

Sayapun segera menuju ke mobil saya dan berpacu menuju kost-an Risna.

Sepanjang perjalanan otak saya memutar lagu theme song Godzilla tanpa henti. Yang jelas saja, hal itu membuat keringat dingin saya bercucuran deras sampai membasahi ketek.

Ketika saya sampai, theme song Godzilla yang berputar di kepala saya seakan bertambah kencang dan bergemuruh bagaikan mendengar orchestra secara langsung di panggung.

"Damn head... stop playing that f*ckin song!! that wasn't helping!!" ceracau saya mengutuk lagu Godzilla yang tidak henti-hentinya berputar di kepala.

Sialnya, ketika saya memutuskan kalau mungkin saja dengan membayangkan lagu Godzilla ini maka saya akan lebih tenang menghadapi sang Godzilla-nya sendiri, malahan lagu itu berhenti berputar di kepala saya.

Suasana dalam kepala saya benar-benar hening atau bahasa jawanya Blank.

Nahh, masalahnya kalo di film horror, saat-saat begini artinya setannya udah mau keluar...

"Glug!" saya menelan ludah.

Perlahan saya mendekati pintu kost-kost-an Risna dan mengetuknya.

"Ris... ini aku.." kataku

Tidak ada jawaban.

"RIs...?"

Masih tidak ada jawaban.

"Sorry Ris, tadi aku masih ketemu sama dosen mata kuliah utamanya jadi pas kamu telpon aku - ...." sebelum sempat saya menyelesaikan kata-kata saya. Pintu kost Risna terbuka.

Dan theme song dalam kepalaku berubah.

Jadi Godzilla Strikes Back vs Jurrasic Park. #nonsensemodeON

Enggak, lebih tepatnya daripada lagu, kepala saya penuh dengan berbagai pertanyaan Retorika yang tidak dapat terjawab. Kenapa hal itu terjadi? dan sebagainya.

Di hadapan saya, bukan Risna pacar saya yang membukakan pintu. Melainkan Ratna, dalam keadaan telanjang bulat membukakan pintu kost Risna.

Dibelakangnya, Risna yang sama-sama sedang telanjang bulat berusaha meraih bra-nya yang tergeletak di samping tempat tidur.

"Halo ganteng" kata Ratna.

"Kalian.. apa-apaan?" saya sedikit tergagap ketika mengatakan itu. Otak saya masih belum berpikir jernih.

"Masa gak bisa liat?" tanya Ratna, sambil mengibaskan tangannya seakan memintaku melihat tubuh bugilnya.

Yah... tubuh bugil Ratna memang bagaikan bintang JAV Miyabi, temanku memang tidak salah mengatakan itu. Payudaranya juga meskipun besar tapi sama sekali tidak kendur. Dan seperti biasanya, rambut bawahnya dicukur habis hingga plontos.

"Tadinya Risna aku suruh ajak kamu, tapi kamunya di telpon-telpon gak mau jawab, akhirnya kita aja duluan" jelas Ratna.

Saya menatap ke arah Risna yang kini sudah mengenakan kaos dan celana dalam, gadis itu memalingkan muka.

"Ayo, aku sama Risna baru 3x keluar nih, emang enakan ada cowoknya" kata Ratna sambil menarik tangan saya.

Tapi saya mengibaskan tangan gadis itu. "Sorry, aku gak ikutan, Ris, aku mau ngomong sama kamu ya. Aku tunggu. Ratna, kamu juga sekalian" kata saya sembari saya memutar tubuh Ratna dan mendorongnya masuk ke dalam kamar Risna. Lalu saya menutup pintu kost gadisku itu "Aku tunggu diluar, kalian pake baju yang bener" kata saya. "Oh, dan Risna, jangan pake kaos itu keluar, dada kamu keliatan kemana-mana" lanjutku mengomentari baju kaos Risna yang memang tipis menerawang.

Saya menunggu beberapa menit di meja ruang tengah yang memang disiapkan di kost itu untuk tempat berkumpul penghuninya. Beruntung siang-siang begini sama sekali tidak ada orang di kost ini. Soalnya kost ini biasanya dihuni oleh mahasiswa baru, yang akan terus tinggal sampai mereka lulus dan kemudian diisi oleh mahasiswa baru lagi setelah 4 tahun. Kecuali Risna, yang tidak pindah setelah lulus karena masih jadi Asdos di kampus. Sisanya adalah anak-anak semester I yang belum berani untuk membolos.

Untung saja, kalau tidak rasanya tidak enak juga ribut-ribut di sini.

Tak lama kemudian Risna dan Ratna keluar dari kost-kostan.

Risna tampak sangat kalut sedangkan Ratna sedang menepuk-nepuk pundak Risna sambil mengatakan "It's Ok, It's OK"

Mereka berdua melihat saya dan mengambil tempat duduk di seberang saya.

"Ris.." saya membuka pembicaraan. "Sorry... Sorry..." Risna menunduk sambil mengatakan hal itu kepada saya.

"Kenapa sorry?" saya bertanya, tentu saja dengan lembut. Ratna hanya memperhatikan kami berdua tanpa bersuara. Wajahnya sedikit menunjukkan kebingungan dan rasa bersalah.

Saya ganti berbicara dengan Ratna "Kalau udah liat begini kayaknya kamu udah dibilang Risna ya? kira-kira apa yang mau aku ngomongin?"

Ratna mengatupkan kedua telapak tangannya dan menunduk seperti sedang memohon "Sorry!! aku bener-bener gak nyangka kalau lo ama Risna udah ada omongan begitu!!" katanya sambil berpose memohon "Gue asli cuman pengen seneng-seneng doang" kata Ratna lagi.

Saya hanya diam menunggu Ratna selesai bicara.

"Gue yang salah kali ini, asli. Risna cuman gue panas-panasin aja ampe mau begini" jelas Ratna lagi.

Saya masih berbicara dengan pelan, bagi saya sendiri waktu itu entah kenapa saya begitu tenang. Bahkan tanpa emosi sedikitpun yang terasa "Tapi Risna telepon aku kan?" tanya saya pelan.

"Sorry.. aku...aku...aku lagi naik banget, jadi gak mikir jernih.. please..please maafin aku sayang" kata Risna dengan kata-kata yang cepat dan sambil sesenggukan "Sorry...Sorry...Sorry...." Risna hanya mengulang-ulang kata-kata itu dengan suara lemah.

Well... saya mana tega lagi kalau sudah begitu. Godzilla yang biasanya ganas jadi mewek begitu.

"Bentar..bentar..." potong saya. "Kamu minta maaf untuk apa Ris?"

Risna menatapku, wajahnya benar-benar kalut dan sangat takut.

"Kamu salah paham sih kayaknya" kata saya "Yang waktu itu aku bilang ke kamu apa soal kemarin itu?"

RIsna menjawab dengan pelan, seperti berbisik "Kamu gak mau threesome karena kamu gak mau ada orang ketiga yang ikut di saat private kita" bisiknya kemudian menunduk dalam-dalam.

"Terus, sekarang kan kamu gak ngelanggar apa-apa" kata saya.

"Hah?" Risna mengangkat wajahnya.

"Coba kamu pikir, gak ada yang dilanggar kan?"

"Tapi... aku... aku kan... sama Ratna..." Risna membiarkan ucapannya menggantung.

"Lesbian?" kataku menyelesaikan ucapannya.

Risna mengangguk pelan, sedangkan Ratna menyiratkan kebingungan pada wajahnya.

"Kan berarti kamu sama Ratna berdua aja... gak ada aku, jadi gak ada orang ketiga" kata saya.

Risna mengangkat wajahnya, sesaat wajahnya terlihat heran, lalu bingung, lalu campuran keduanya yaitu wajah kosong, atau bahasa jawanya Blank.

"Maksud kamu? kamu gak marah karena aku sama Ratna....?" bisik Risna.

"Aku bukan marah karena soal threesome kemarin" jelas saya.

"Bukan?" celetuk Ratna.

Saya mengangguk "Yap, saya marah bukan karena soal threesome itu, tapi tetap mau lesbian play juga menurut gue itu tetep selingkuh" saya menyimpulkan.

Wajah RIsna kembali menjadi sangat keruh. (Kalau mau dibilang kayak nahan sembelit dua minggu lah). Sedangkan Ratna.... well, baru kali ini saya melihat Ratna matanya melotot sebegitu besarnya karena kaget, seakan-akan bola matanya hampir keluar gitu.

Sunyi beberapa saat..

"Terus... kamu gak maafin aku?" tanya Risna.

"Aku belum tau, bingung juga sih" jawab saya.

"Jangan putusin aku Ayano, please...please...please!!" Risna berteriak-teriak memohon.

Sedangkan saya? entah bagaimana rasanya waktu itu kosong sekali. Tidak ada terpikir apa-apa atau rasa apa-apa pada diri saya melihat Risna demikian. (Iya bener, bahasa jawanya Blank),

Saya juga tidak begitu mengerti kenapa bisa begitu.

'Trrrrttt...Ttrrrrrrt...'

Handphone saya bergetar.

'Trrrrtttt...Trrrrttttt....'

Sedikit gusar karena diganggu saat bicara penting, saya mengambil handphone itu dari saku saya.

Panggilan telepon? dari nomor siapa ini? pikir saya ketika melihat barisan nomor HP yang tidak saya kenal di layar blackberry itu.

Biasanya sih saya menolak panggilan yang tidak saya kenal. Tapi saya merasa perlu mengangkat telepon ini.

"Ya, halo" kata saya seraya menerima panggilan itu.

"Ahhhhhh!!!!!"

"Hmm!?" saya menajamkan pendengaran saya. Benar, saya tidak salah dengar, memang ada suara teriakan wanita di telepon.

"Aahhkkkhhhh!!"

"PRANGG!!"

"KRAKKK!!"

"AHHHH!!!!"

Suara itu... Elisa?

The Hell!?

"HALO!? HALO!!?"

Saya berlari keluar kost Risna, benar-benar lupa total kalau saya sedang berbicara pada RIsna dan Ratna. Saya memfokuskan pada suara teriakan dan suara berisik dari sambungan telepon saya itu.

"HALO!!! ELISA!! HALOO!!!!"

Saya berteriak. Tapi tidak ada jawaban dari Elisa. Yang ada hanya teriakan dan suara barang yang pecah atau jatuh.

"ELISA!!!"

"Halo... Cin.. please tolong aku..AHHH!!!"

"BUGHH!!"

Suara apaan itu!!? Damn!! Gue harus apa nih!! pikir saya dalam hati waktu itu. Benar-benar kalut dan panik.

Dalam kepala saya terbayang yang tidak-tidak. Apa Elisa sedang kemasukan rampok atau sejenisnya? apa pacarnya melakukan kekerasan padanya? atau apakah ada pemerkosa yang masuk rumah kostnya? kalau tidak salah dia tinggal sendirian kan? bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya.

"ELISA!!! HALO!! INI SAYA, AYANO!!! ELISA!!!" teriak saya dengan panik sambil berlari ke mobil saya yang terparkir.

Saya menyalakan mobil saya.

Sial!! saya tidak tau dimana kost gadis ini.

"ELISA!! JAWAB SAYA!!" teriak saya lagi.

"Koko?? kenapa...? UGH!!" saya mendengar suara seperti suara BUGH kemudian Elisa mengeluarkan gumaman seperti menahan sakit.

"ELISA!! KOST KAMU DIMANA? SAYA KESANA SEKARANG!!" teriakku.

"Koko?" suara Elisa terdengar lemah.

"ELISA!! PLEASE!! DIMANA KOST KAMU? SAYA KESANA SEKARANG!!"

Elisa membisikkan daerah kostnya, dan petunjuk sekedarnya sebelum dia kembali berteriak kesakitan.

Saya merasa kalau saya benar-benar kesetanan saat membawa mobil waktu itu ke kost Elisa.

Beruntung alamat yang disebutkan oleh Elisa tidak begitu jauh. kalau tidak entah berapa banyak korban nyaris terserempet oleh gaya membawa mobil saya yang gila-gilaan.

"Woi!! BEGO!!"

"KAMPR*T!!!"

"TA*!!!"

"Bawa mobil kaga kira-kira!!!"

"TIIIINNNN!!!!"

"KAING-KAING!!!!"

"NGEOOOOOONNG!!!!"

"PETOOOOKKKKK!!!"

Bentar... suara terakhir itu apaan ya?

Ah, bodo amat deh... yang penting saya cepat sampai di kost Elisa, jadi saya malah memacu mobil saya lebih kencang lagi. Vin Diesel mah lewat itu, uda jamannya Vin DexLite sekarang.

Singkat cerita (emang ternyata cuman 7 menit doang sih, tapi berasanya aja lama) akhirnya saya sampai ke Kost Elisa yang sebenarnya lebih merupakan rumah kontrakan dibanding kost.

Tanpa pakek permisi semuanya, saya langsung masuk ke dalam kost yang tidak terkunci itu.

"Elisa!!" teriak saya seraya menghambur masuk.

Kondisi ruangan itu sangat mengerikan. Istilah 'Kapal Pecah' mungkin tidak cukup untuk menggambarkan suasana ini. Lebih tepatnya 'Kapal Ancur' mungkin.

Ruangan itu berantakan dimana-mana.

Dan... darah?? darah ato jus Tomat sih itu? banyak amat di mana-mana....

Di tengah-tengah kekacauan itu. Sesosok tubuh tergolek bersimbah darah.

ELISA!!!



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 6


Aku Dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 6
(After The Storm, Comes The Tsunami)

Yak, setelah ajakan (tantangan) Ratna ke Risna untuk melakukan threesome, Maka postingan kali ini untuk FR-nya...

Nope, gak ada FR

Alasannya bukan karena vulgar atau akan diposting ke forum sebelah.

Tapi karena gak jadi Threesome. Yap, saya gak akan ada-adain dan bilang beneran terjadi karena kenyataannya batal.

Why batal? bukan karena tiba-tiba Godzilla ama Tyranosaurus berdamai terus masak kue bareng.

Enggak! Batalnya itu karena saya backing out. Saya gak mau terlibat sama hubungan s*ks cuman untuk membuktikan siapa yang lebih jago. (Yap, sialnya saat itu saya termasuk orang yang rada kolot. One girl for one relationship).

Jadi saya berusaha keras untuk membujuk Risna yang hanya termakan bujukan Ratna dengan memanfaatkan sifatnya yang memang cepat naik darah untuk mikir-mikir ulang.

Akhirnya Risna mau juga meskipun saya harus mengeluarkan stok cadangan gombalan saya untuk dipake semua, padahal tu gombalan tadinya mau dikeluarin pas dia lagi ngambek ato gimana gitu. Tapi ya udalah. yang penting satu masalah kelar. (meskipun dia maksa foto bugil badan do'i buat dikasih ke Ratna sih...., sebelum ada yang minta, nggak udah gak ada di hape saya tapi dulu pernah uplod entah dimana)

Tapi, bukan saya namanya kalo enggak jadi magnet buat masalah.

Yup, dengan cara yang lain, saya berhasil membuat sang Godzilla marah lagi. (ni cewek emang kerjaannya kalo enggak marah, manyun, manja, mandi, minta dikelonin - pokoknya depannya M semua deh....) (note : bercanda ya Ris - bless u and your fam'z)

Masalah yang saya lakukan ini tapi bukan masalah yang berkaitan dengan Tom & Jerry, walaupun emang masih berkutat karena cewek. Dan cewek yang dimaksud itu adalah.....

Yap, si Ultraman.

Alias Elisa.

Jadi ceritanya begini, seminggu setelah masalah itu. Kembali bersama koko asdos ganteng (#Yakaleee) di mata kuliah yang kebetulan juga dihadiri oleh Elisa.

Setelah perkuliahan yang rada membosankan (iya saya akuin emang bosenin kok) yang berlangsung sekitar 20 menit. Maka supaya bisa lolos dari standar minimal jam perkuliahan, saya memutuskan untuk menggunakan 1 jam 45 menit yang tersisa untuk mengobrol dengan para mahasiswa saya.

Seperti minggu pertama, Elisa masih duduk di tempat duduk paling depan. Masih diam dan bermuka datar seperti biasa. Tapi perbedaan yang saya perhatikan adalah betapa pucatnya dia.

Selain itu, sepertinya dia sangat berusaha bertahan agar matanya tetap bisa terbuka. Dia tampak sangat mengantuk sekali.

Karena itu, akhirnya saya memutuskan untuk memotong obrolan-obrolan tidak jelas kami dalam 45 menit saja (Uh... gaji dipotong deh) dan membubarkan kelas.

Sekilas saya melihat ekspresi sedikit lega ketika akhirnya saya mengumumkan kelas dibubarkan.

Wah.. sampai segitunya anti sama saya kah cewek ini? begitulah pikir saya waktu itu.

Setelah bubar kelas, seperti biasa sang gadis misterius yang mengantuk di kelas itu sudah menghilang entah kemana.

Bukan hal yang baru.. pikir saya.

Sayapun pergi membeli makanan. Kue-kue untuk mengganjal perut sebelum pergi ke kost Risna untuk menjemputnya. Masalahnya kalo ke kost cewek itu tanpa makan dulu pasti ujung-ujungnya.... yah gitu deh, liat susu jadi lupa lapernya, abis itu keroncongan....

Ketika saya membayar kue-kue yang dibeli, saya baru sadar kalau dompet saya sudah menipis. Jadi saya memutuskan untuk ke lantai-2 untuk menarik ATM. Kebetulan di lantai dua banyak tempat kosong untuk bersantai makan. Pikir saya.

Setelah dompet kembali penuh setelah menarik uang di ATM, saya bermaksud untuk mencari tempat makan di lantai itu.

Dan....

tepat di depan mata saya, pemandangan yang sangat tidak bisa dipercaya.......

Ultraman sedang tidur di lantai dengan nyenyaknya dengan udel kemana-mana. (Sorry LIs... it's the truth)

Sekitar beberapa lama saya bengong menatap pemandangan unik itu. Dan akhirnya, lupa akan tujuan awal saya, saya memilih duduk di samping gadis yang sedang tertidur itu.

Benar-benar sih gadis ini....

Tidak lama setelah saya duduk menemaninya, Elisa terbangun.

"Uhh..." gumamnya sambil mengucek-ucek matanya.

"Yo!" sapaku pada wajah mengantuk itu.

Kadang saya kagum dengan cepatnya reaksi cewek bisa berubah.

Elisa yang tadinya masih sangat mengantuk tiba-tiba langsung mundur merapat ke tembok sambil menyilangkan tangan di dadanya dan menatap saya dengan tatapan penuh nafsu membunuh.

"Koko apain aku?" tanyanya mengancam.

"Hah...." desahku "Kagak, saya nggak apa-apain. Justru kamu tuh tidur sembarangan. Udah ngiler, udel kemana-mana lagi"

Dengan reflek, gadis itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi memegang perutnya.

"Bohong, aku gak ngiler kok" ujarnya.

"Iya emang gak ngiler, tapi yang udel beneran" kataku singkat.

Dan.. wow, ternyata muka gadis ini bisa memerah juga. Tapi masalahnya setelah itu tatapan penuh nafsu membunuhnya muncul lagi.

"Beneran gak apa-apain aku?" tanyanya lagi.

Saya menggeleng "Enggak, justru saya disini biar gak ada yang ngapa-ngapain kamu" jawabku.

Gadis itu tidak menjawab atau berkomentar apa-apa. Hanya menatap saya dengan tatapan menyelidik yang masih penuh dengan hawa pembunuh.

'KRUKKK'

Buset itu suara perut gede bener...

Elisa tampak sangat malu, wajahnya merah padam.

"Hmmm..." saya menggumam sambil mengambil plastik kue-kue yang saya beli tadi. Untung beli banyak. Saya mengambil satu roti dan menyodorkan plastik kue yang masih penuh ke Elisa "Makan ni" kata saya.

Elisa menatap plastik kue itu, kemudian menyembunyikan wajahnya dengan lututnya "Enggak perlu"

"Udahh, ga usah keras kepala. makan!" kataku sambil menyodorkan plastik penuh kue itu lagi "Kalo gak makan saya gak pergi-pergi nih" ancam saya.

Akhirnya Elisa menerima plastik kue itu,mengambil sebuah kue dari dalamnya dan memakannya.

"Good" saya berkomentar dan melanjutkan makan roti saya.

Elisa dan saya melanjutkan makan dalam diam. Sepertinya gadis itu benar-benar lapar karena kuenya dihabiskan dengan cepat.

"Ambil lagi deh, saya beli kebanyakan, kita bagi dua aja mendingan" kata saya. "Udah, ambil, kalo gak abis saya gak pergi-pergi nih" lanjut saya lagi ketika Elisa terlihat ragu untuk mengambil kue lagi.

Elisa mendengus dan akhirnya mengambil satu kue lagi "Beneran pergi ya abis semuanya udah diabisin" katanya.

"Iyaa iyaaa" jawab saya ringan sambil mengunyah.

Diam-diam saya memperhatikan gadis itu makan. Benar, sepertinya dia memang sangat pucat.

"Hei" kata saya membuka percakapan "Kamu kurang tidur ya kayaknya?" tanya saya.

Elisa menatap saya dengan pandangan datar, kemudian melanjutkan makannya "Enggak apa-apa"

"Hmmm.. ya sudah, saya enggak mau kepo. Cuma, jaga diri aja. Kamu kayaknya kost kan? ada saudara di J****** ?" tanya saya.

Elisa menggeleng.

"Nah, makanya jaga diri. Kalo ada masalah, yahhh... saya sih enggak maksa juga, cuman nawarin. Kamu bisa minta tolong kok ke saya" kata saya lagi.

"Enggak perlu" kata gadis itu lagi.

"Okay - okay. Ya udah, jaga diri aja ya. Dan jangan tidur di sini lagi, bahaya" kata saya "Kost kamu jauh? kenapa gak pulang aja buat tidur?" tanya saya.

"Enggak bisa tidur di kost" jawabnya.

Ok... sepertinya gadis ini memang benar sedang ada masalah.

"Kenapa? terganggu di kost? teman-teman kostnya bermasalah?" tanya saya. (Yap, saya udah tau, saya mulai kepo)

Elisa menatap saya sebentar, kemudian akhirnya berkata "Enggak, aku tinggal di rumah kontrakan sendiri kok."

"Terus? homesick?" tanya saya #kepoakut.

"Enggak"

"Masalah cinta?"

"Enggak"

"Masalah.. errr.... kamu di bully di kampus kah?"

Elisa menatapku dengan heran dan seakan aku mahluk aneh.

"Enggak lah"

"Ohh.. soalnya saya lihat kamu gak ada teman" kata saya.

"Ada kok"

"Bukan yang hantu ya"

"Enggak, bukan yang hantu"

"Terus mana temannya?"

"Belum masuk, masih di kampung" jawab Elisa sambil mengambil satu kue lagi.

"Ohh... " gumam saya "Lalu, kalau masalahnya bukan yang sudah saya sebutin masalahnya apa?"

"Koko kepo banget sih" ketusnya.

JLEBB!!

Elisa tersenyum. Jujur saya kaget, gak sangka saja dapet senyuman dari si jutek (sorry again Lis... just telling the old story)

Tapi gadis ini memang sangat cantik kalau senyum (#berharapdimaafkan)

"What?" tanya saya.

"Gak, nggak apa-apa"

Someone tell me, kenapa cewek sangat sulit dimengerti. Tadi dijutekin, sekarang tau-tau dapet senyum. Terus uda dapet senyum ditanya kenapa, jawabannya enggak apa-apa....

"Masalah hantu ko" kata Elisa sembari dia terus mengunyah kue lapis legit.

"UHUKK!!!" saya tersedak "Hah??"

"Koko kan nanya kenapa aku gak bisa tidur di kost? nah, aku udah jawab biar koko gak kepo. Masalah hantu" katanya.

"Hantu?" saya mengkonfirmasi lagi. Takut ta* kuping saya yang sudah menumpuk membuat saya salah mendengar.

Elisa mengangguk "Iya, hantu"

Saya merinding, mengingat kejadian kemarin saat Elisa mengatakan sesuatu mengenai hantu dan 'sesuatu' meniup leher saya.

"Ahahahahahahaha"

gadis itu tiba-tiba tertawa dengan keras.

What?? what??? saya kebingungan.

"Koko gemetar tuuuh!! Ahahahahaha!!!" gadis itu tertawa lagi dengan keras.

Pikiran saya :
1. Buset saya di kerjain.
2. Ternyata gadis ini bisa tertawa seperti itu juga.
3. Gadis ini makin cantik kalau tertawa deh...
4. Semua jawaban diatas benar.

Dan jawabannya sudah jelas...yaitu no. 4.

Saya merasa sedikit gusar karena merasa gadis ini sedang mengerjai saya, tapi dalam saat yang bersamaan saya terpesona oleh gadis ini.

"Orang lagi seriusan ditanya, malah dikerjain" saya bersungut-sungut.

Elisa mencoba menghentikan tawanya "Aku enggak bercanda ko. Emang aku selalu digangguin hantu kok." katanya.

Saya merinding sekali lagi.

"Makanya kalau koko takut hantu jangan dekat-dekat aku deh, bisa ngompol loh" katanya lagi. (gak sangka ternyata kata-kata waktu itu beneran jadi kenyataan... ngompolnya itu lho...)

"Enggak.... saya enggak takut kok.." saya membela diri.

"Yakin? kalo aku kasih unjuk gimana?" tanyanya dengan senyuman jahil.

"Ehh?? hmmm... i-iya enggak apa-apa kok, coba aja" saya mencoba menjawab dengan yakin, tapi apa daya malah suara saya yang keluar sedikit gemetaran.

"Hmm?" Elisa melihat saya dengan senyuman jahil dan menggoda.

Saya menatap Elisa dengan tatapan seyakin mungkin yang bisa saya keluarkan waktu itu. Jujur, saya anti banget sama yang namanya hantu atau yang semacamnya.

"Ehehehe, enggak deh, kasihan ntar ngompol" katanya. Lalu dia sudah bangkit berdiri "Thanks ya ko kuenya, udah abis kan?" tanyanya.

Aku menatap plastik kosong itu. Benar juga.. kapan habisnya ya? pikirku.

"Oh.. koko beneran gak pegang-pegang aku kan?" tanyanya lagi sambil mendelik pada saya.

"Suwer enggak" jawab saya singkat.

"Ya udah, aku percaya" katanya "Thanks ya uda jagain" lanjutnya lagi sambil membereskan tasnya, dan berjalan pergi.

"Jangan tidur disini lagi!!" saya mengingatkan dia.

Dia membalikkan badannya "Abis disini yang bisa jadi tempat tidur.. emang mau dimana lagi?"

"Ya.. tapi bahaya kalo tidur di sini" kata saya. "Emang kost kamu dimana sih?"

"Hmmm... bahaya gak ya kalo aku kasihtau koko?" katanya sambil tersenyum jahil.

"Wee, maksudnya saya cuman kalo emang perlu saya anterin pulang kalo kamu ngantuk begitu" kata saya.

"Dibilangin gak bisa tidur di kost-an gara-gara hantu" katanya.

"Serius nih"

"Serius kok!"

"Terus masa kamu tidur di kampus terus?"

"Aku takut soalnya di kost-an" Elisa memeluk dirinya sambil gemetar.

"Pindah aja" saya menyarankan.

"Udah dibayar untuk 4 tahun" jelas Elisa.

"Hmmm... OH!!" saya mendapatkan ide bagus "Kalau kamu takut sendirian, ajak saja teman kamu nginap"

Elisa mengendikkan bahu "Kalo Cindy lagi di sini aku sudah nginap di tempat dia kali"

"Temen kamu cuman satu??" saya terkejut.

"Emang salah?"

"Enggak salah juga sih.. tapi masa cuman satu?"

Elisa menatapku dengan... entah deh sulit menggambarkan ekspresinya.

"Kalau orang-orang seperti aku memang dijauhi orang ko" kata Elisa.

"Orang-orang seperti apa?"

"Yang bisa ngelihat hantu" katanya singkat.

"Ohh..." pada titik ini saya sedikit kebingungan untuk memutuskan apakah dia serius atau tidak soal hantu ini. Tapi wajahnya terlihat serius. jadi saya memutuskan untuk tidak menentang kata-katanya. "Lalu.. masa kamu tidur di kampus terus?" tanya saya.

"Masa aku tidur di tempat koko?" balasnya.

Saya terdiam. Suwer itu jawabannya enggak saya sangka-sangka.

Sepertinya Elisa menyadari perubahan ekspresi saya "Jangan dibayangin, aku cuman bercanda"

"Oooohhh" jujur, reaksiku saat itu benar-benar terlihat sangat bodoh.

"Udah ya ko. Thanks.." Elisa kembali berbalik pergi.

"Eh bentar!!" Saya beranjak berdiri dan mengejar Elisa.

"Nih, catet nomor koko. Serius, kalo butuh bantuan kamu cari koko aja" kata saya sambil menyerahkan kartu nama saya (maklum baru mulai mendirikan usaha, jadi kartu nama masih banyak nih).

Elisa menatap saya dengan bingung "Koko lagi modusin aku?"

"EEH!!!??? Enak aja!!" Saya gelagapan menanggapi pertanyaan itu "Kagak, sementara temen kamu belum disini aja" tegas saya.

"Ahahahahaha" Elisa tertawa lagi. "Iya-iya, ya udah deh. Gak janji lho ya ko" katanya lagi.

"Kalo kamu ada masalah aja dan butuh bantuan. Kalo enggak ada masalah ya bagus dah" kata saya.

"Iyaaa" kata Elisa sambil menuruni tangga.

Hadehh... pikirku sambil menghempaskan tubuhku duduk kembali.

Saya menggapai kantong saya untuk mencari HP. Lho.. tidak ada...

Saya lupa mengeluarkan HP dari tas setelah selesai mengajar tadi.. pikir saya. Saya mencari-cari HP di tas saya.

"Yap, ada!" seru saya sembari mengeluarkan HP dari tas.

Saya menyalakan layar HP itu dan sepertinya jiwa saya tercekat di tenggorokan.

Keringat dingin mengalir deras di wajah saya.

22 MISSCALL dan 8 UNREAD MESSAGE

From Risna.

#matigue



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus

Aku dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 5


Aku dan Sang Gadis Bermata Indigo Part 5
(BIG BATTLE!! Godzilla vs Tyranosaurus vs Ultraman vs Gedung yang jadi korban)

Risna separuh memaksa Ratna dan Elisa untuk "berbicara" di belakang lift yang sepi. Sedangkan saya 1000% dipaksa ikut (pake ditarik segala).

Stage : Sudut belakang Lift Lantai 1
Nama Disamarkan

ROUND 1 - FIGHT !!!
(Bayangin adegan Godzilla vs Tyranosaurus terus ditengah-tengahnya ada gedung yang tak berdosa... ya, gedung itu adalah Korban alias saya, terus disebelahnya ada Ultraman yang cuman nonton doang)

Godzilla (G) : Bagus ya lu Rat, masih aja nempel-nempel cowok gua.

Tyranosaurus (T) : Eh, lu salah paham Na, gua ama cowok lu cuman akrab doang kok.

Ultraman (U) : (Ngeliatin saya dengan tatapan seolah berkata "kenapa gua diikut-ikutin sih")

Korban (K) : (hanya bisa menatap tanpa ekspresi, seperti ayam mau dipotong... berpikir... "gua mau diapain ini....?")

G : Mana ada akrab sambil tepe-tepe gitu? (dengan nada mulai meninggi)

T : Ah, ga kok

G : Emang gua buta? jelas-jelas pas gua liat T*ked lu lagi nempel gitu.

T : Lu salah liat kali, gua punya emang gedean sih, mungkin aja keliatan dikit nempel.

G : AYANO!!! (teriak tiba-tiba)

K : (Kaget tiba-tiba juga)

G : Jawab pertanyaan aku!! Jujur!!

K : (Ngangguk-ngangguk kayak boneka Hokben)

G : Kamu tadi lagi selingkuh sama Ratna.

K : (Pilihan jawaban :
1. Emang ada kepengen sih.
2. Kucing disodorin susu mana tahan....
3. Enggak, aku setia sama kamu kok.)
4. Pura-pura mati)
Aku pilih no 4!

G : Hah? (Matanya udah beneran kayak Godzilla, kayak mau makan orang)

K : Eh!? sorry maksudnya enggak, aku setia sama kamu kok Ris.

G : Hmm, gak percaya! Lanjut! Kalo gitu tadi T*kednya Ratna nempel gak? Jawab ya ato enggak!!
.
K : (Pilihan jawaban :
1. Eh...nganuu....
2. Iya, nempel dikiiiitt
3. Enggak kok.
4. Pura-pura mati)
Ehm... iya sih, nempel dikiit (sambil memperagakan seberapa dikitnya dengan jari telunjuk dan jempol seperti mau nyubit orang)

G : (Melotot ke arah Ratna , tapi sayangnya sama aja kayak saya, alisnya doang yang naik, matanya mah segitu-segitu aja, tapi aura pembunuhnya jelas naik)

G : (Natap lagi ke saya) Terus, kenapa bisa nempel-nempel gitu?

K : (Pilihan jawaban :
1. Gak sengaja kali, kan emang gede anoannya.
2. Dia peluk-peluk akyuuhh padahal dirikyuhh tidak bersedia.
3. Gak tau deh, mungkin deket-deket sama aku aman kali dirasanya.
4. Pura-pura mati)
(Hmmm.. 2 kayaknya bagus... tapi enggak deh, bisa dibilang boong, mending 1 deh.. 1 aja)
Gak tau sayang, mungkin gak sengaja karena emang gede kan anoannya Ratna, aku sih gak berasa gitu kok kalo enggak kamu permasalahin sekarang.

FINAL ROUND : FIGHT!!

G : (Tampak berpikir) Emang lebih gede dari aku?

K : (Pilihan jawaban :
1. Iya lebih gede, tapi kamu punya lebih indah kok.
2. Enggak tau deh, yang pasti kendor gitu.
3. Pura-pura lupa ingatan
4. Pura-pura mati)
(Hmm.... 2 sih alamat saya dibunuh sama Tyranosaurus... 3 ato 4 kali ya? jangan deh, bisa-bisa dibikin beneran.... terpaksa 1 deh..)
Iya emang sih dia lebih gede, tapi indah punya kamu kok.

U : (mandang saya dengan tatapan jijay)

T : Dulu kata kamu aku punya bulet banget, bagus, idaman kamu.

G : Lohh!!?? kamu juga ngomong persis sama kan ke aku? (sambil lihat saya... eh maksudnya Korban)

(Godzilla dan Tyranosaurus sama-sama memelototi sang Korban, penggemar film Sci-fi pasti cemburu nih, kapan lagi dipelototin bareng-bareng Godzilla ama Tyranosaurus?)

G : Jadi kamu ngomong ke semua cewek yang kamu en***in kayak gitu? (Melotot)

T : Iya, aku juga jadi pengen tau (ikutan melotot)

K : (pilihan jawaban..... ah gak perlu dah, ini mah dijawab apa juga pasti salah... mau pura-pura mati aja pasti salah juga)
Enggak, tapi emang punya kalian berdua bagus. Jadi aku ngomong jujur.

G & T : HAH!!?? (Ngomong Hahnya kayak pas SonGoku Kamehame-HAH!!! gitu.. ampe saya kaget)

K : Beneraann (sambil memelas)

U : Idih... (pelan banget suaranya, tapi nohok banget beneran, apalagi ditambah dengan pandangan yang menunjukkan dia jijay ke saya)

G : Jadi, t*ked yang kamu suka itu yang kayak gimana? kayak aku atau kayak Ratna?

T : Bener pertanyaan kamu Na, aku juga jadi pengen tau sekarang.

K : (mumet) pertanyaan apaan itu? lagian kenapa kita jadi ngomongin soal T*ked sih?

G & T : JAWAB AJA!! (dipelototin lagi, bareng, Ni beneran tinggal dateng JAWS uda deh lengkap idup gue)

.. ngomong-ngomong soal JAWS... ada sih mantan 1 lagi di kampus ini, kalo mau lucu banget tiba-tiba dia nongol nih.... wkwkwk ..... #amit2....

K : (Bingung, ni pertanyaan yang jawab salah, gak jawab salah, apalagi pura-pura mati, lebih salah lagi... dalam panik, secara gak sengaja saya melirik Elisa, lalu ngomong dengan Reflek) aku suka yang agak kecil tapi gak rata.....

Dan setelah ngomong asli saya langsung nyesel setengah mampus.

G & T : (Tatap-tatapan... terus natap Elisa... terus natap ke saya lagi)

G : Ohh!! jadi maksud kamu kamu suka sama si anak baru ini.

U : (natap saya dengan pandangan "Cowok apaan sih ini?" plus pandangan jijay khasnya)

K : Kenapa kesimpulannya jadi kesitu???? (100% memelas)

G : Loh!!? Kan kamu yang bilang kamu suka t*ked kecil, tuh dia lebih kecil dari aku.

U : (Menatap saya dengan pandangan "Jangan ikut-ikutin gue!!")

K : ("OK!!" lewat telepati ke Elisa.... gak ding, tapi emang saya udah ngerti gak seharusnya dia diikut-ikutin)

K : Eh-eh, bentar, ni anak cuman innocent bystander doang. Gak ada sangkut pautnya. Tanya aja dia kalo gak percaya.

G : (Menatap saya dengan curiga, tapi akhirnya nanya juga ke Elisa) Kamu anak baru kan?

U : (Mengangguk)

G : Hubungan kamu dengan Ayano apa?

U : (Nunjuk saya) Asdos (nunjuk ke dirinya) Mahasiswanya.

G : Oh, beneran kamu sama sekali gak ada hubungan dengan dia?

U : Boro-boro.. kenal aja enggak

JLEB!! Uhh!!

G : Kamu gak godain dia ato dia godain kamu kan?

U : Percuma! (sambil geleng-geleng) Sama sekali bukan tipe saya.

JLEBB!! CRITICAL HIT!!!

FINISH HIM!!!!

G : Kalo misalnya dia deketin kamu gimana?

U : Ih, amit-amit

K.O !!!

FLAWLESS VICTORY !!!

BRUTALITY...

K : (pengen mati beneran saking malunya)

G & T : (Ketawa ngakak)

G : Ya udah, sorry ya cici salah paham kayaknya.

U : Ok ci. (langsung cabut, tapi pas jalan lewatin saya kayaknya saya liat senyuman yang mengerikan deh dari anak ini)

G : Nah, sampe mana kita tadi.

K : udah kok udah selesai...

T : Ampe ngomongin T*ked.

(Ohh God Whyyyy!!??? )

G : Oh iya.(Berpikir sejenak) Pokoknya lu gak boleh deketin dia lagi.

T : Takut dia gua rebut ya?

(Wew.... kenapa lu nantangin Godzilla segala wahai Tyranosaurus...? sama-sama kadal kok berantem...)

G : Siapa bilang?!!

T : Ya udah taruhan aja kalo gitu.

G : Taruhan apaan?

T : Siapa yang lebih jago ngelayanin Ayano.

(Bau-baunya uda gak enak nih)

G : (mengerutkan alis) ngelayanin apaan?

T : Ini lho (memperagakan adegan telunjuk masuk keluar ke tangan yang membentuk huruf O)

K : Ngaco!!!

G : SSSTT!! Diam!! Terusin Rat, apa maksud lo??

T : KIta adu aja.

G : Gak, gua gak mau kasih Ayano tidur ama lo.

T : Gak usah gitu, kita bareng aja ngadunya.

G : Gua nggak ngerti.

K : Ratna!! Stop, please!!!

Kali ini Risna membekep mulut saya ato tepatnya mencengkram bibir saya sampai tidak bisa berbicara.

T : Kita Threesome.

(Anjaayyyy!!)

G : (Mikir......)

K : EMMMHHH!!! EMMMHHH!! (Tolak Ris, Tolak!!! Usulan apaan itu!!!)

G : Ya udah, siapa takut??

(Kacauuuuuu... hancur lebuuuurrr!!!!)



Lihat Semua Daftar Part Terbaru


Source : Kaskus